Sabtu, 29 Maret 2014

METODE BERPIKIR INDUKTIF JENIS GENERALISASI



Transportasi Massal Solusi Jakarta Macet
Gubernur DKI Joko Widodo menolak kebijakan pemerintah terkait mobil murah. Alasannya, kebijakan ini tidak tepat untuk mengatasi kemacetan kota Jakarta
Bulan Juli lalu pemerintah telah sepakat memberikan keringanan pajak terhadap "low cost green car" (LCGC). Tapi gubernur DKI menolaknya, karena hal itu dipandang sebagai sabotase keberhasilannya memecahkan masalah kemacetan lalu lintas.
“Saya menolak kebijakan ini karena Jakarta sudah sangat padat. Kebijakan ini tidak benar", ujar Jokowi nama populer Joko Widodo.
Kebijakan keringanan pajak ini dimaksudkan untuk mendorong masyarakat menggunakan kendaraan hemat energi dan menarik investor Jepang untuk datang ke Indonesia .
Akan tetapi, dikhawatirkan kebijakan ini justru akan memperparah kemacetan kota Jakarta. Dengan adanya mobil murah, masyarakat akan berlomba-lomba membeli mobil yang akan mengakibatkan semakin banyaknya mobil di kota Jakarta.
Asosiasi industri otomotif Indonesia meramalkan penjualan mobil akan mencapai 1,1 juta tahun ini. Sebagian besar mobil-mobil tersebut akan memadati kota Jakarta. Padahal di Jakarta saat ini sudah ada sekitar 28 juta sepeda motor dan 5 juta mobil.
Pembangunan Trasportasi Massal Jakarta
Langkah penting yang harus diambil agar sistem transportasi perkotaan yang hemat energi bisa tercipta adalah dengan membangun sistem transportasi massal cepat. Sebagian besar ibu kota di negara Asia Tenggara telah memiliki sistem transportasi massal cepat.
Jakarta baru saja memulai pembangunan MRT awal Oktober lalu, setelah puluhan tahun rencana ini terkendala krisis politik dan sengketa sumber pendanaan. Dana pembangunan proyek MRT saat ini bersumber dari pinjaman lunak Japan International Cooperation Agency (JICA).
Tahap pertama akan dilakukan pembangunan jalur MRT sepanjang 15,7 kilometer dari lebak Bulus ke pusat kota Jakarta senilai 1,5 miliar dolar Amerika. Ditargetkan jalurnya akan mulai beroperasi tahun 2016.
Strategi mendorong transportasi massal
Yoga Adiwinarto direktur Institut Transportation and development Policy (ITDP) mendukung kebijakan transportasi massal itu. “MRT dan Monorail bisa sangat efektif dalam mengurangi jumlah mobil pribadi di jalan-jalan di kota Jakarta. Sayangnya proyek ini tak akan bisa rampung digarap dalam waktu 5 tahun“, tambah dia.
Untuk itu perlu diambil sebuah langkah darurat untuk bisa menekan kemacetan kota Jakarta, selama proyek MRT dan Monorail belum selesai dikerjakan.
Sebagai langkah awal, tahun depan Joko Widodo berjanji akan memberlakukan sistem elektronik "road-pricing". Sistem ini memungkinkan penarikan bea tol secara otomatis di jalan-jalan utama kota Jakarta
Adiwinarto menambahkan “Dengan itu orang-orang dibuat berpikir bahwa mengemudi mobil di Jakarta sangat mahal dan karena itu mereka akan beralih ke transportasi masal“. Dan inilah pesan yang perlu disampaikan di tingkat regional", katanya menambahkan. 
 
referensi  : http://www.dw.de/transportasi-massal-solusi-jakarta-macet/a-17189536

Kamis, 27 Maret 2014

PENALARAN



1. Jelaskan konsep penalaran menurut anda?
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

2.  Bagaimana wujud dari evidensi ?
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatau fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

      3. Jelaskan dan berikan contoh cara menguji data, cara menguji fakta , dan cara menilai autoritas !
          Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas

-          Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi



        Cara menguji autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan



   4. Jelaskan perbedaan silogisme katagorial, silogisme hipotesis dan silogisme alternative !
Silogisme adalah merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Dan silofisme itu di atur dalam dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Kemudian silogisme mempunyai beberapa macam jenisnya, yaitu diantaranya sebagai berikut.
Dari berbagai jenis silogisme diatas, memiliki arti yang berbeda, yang pertama yaitu :
1. Silogisme katagorial
Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan katagorial. Kemudian proporsisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).
Contoh :
- semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
- koala adalah hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
- koala pasti akan mati (konklusi/kesimpulan)
2. Silogisme hipotetik
Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Contoh :
- Apabila lapar saya makan roti (mayor)
- Sekarang lapar (minor)
- Saya lapar makan roti (konklusi)
3. Silogisme alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Contoh :
- Dimas tinggal di bogor atau surabaya
- Dimas tinggal di surabaya
- Jadi, dimas tidak tinggal di bogor

   5. Sebutkan jenis-jenis cara berpikir induktif !

Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)

Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)

Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.

Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.

Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.

Referensi :  http//wikipedia.com